Thursday, August 31, 2006

Benarkah kondom bisa cegah penyakit?

Belum lama ini, para pakar seksologi yang memberi perhatian tentang penularan penyakit kelamin mempertanyakan penggunaan kondom. Mereka menyangsikan apakah kondom memang sanggup mencegah semua jenis kuman penyebab penyakit tersebut. Mereka tidak menganjurkannya sebagai sarana yang tepat untuk mencegah penyakit kelamin.

Telah lama diakui, kondom mungkin efektif untuk mencegah penyebaran HIV dan gonorea. Tetapi beberapa pakar menegaskan bahwa alat itu ternyata tidak sanggup menghentikan penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti klamidia dan sifilis. Itulah kesimpulan yang dilaporkan baru-baru ini.

Ini jelas berbeda dari pandangan umum selama ini. Menurut berbagai data, kondom cukup ampuh untuk mencegah penyebaran PMS kalau digunakan dengan benar. Itulah sebabnya alat ini menjadi andalan utama untuk mencegah penyebaran kuman penyakit menular seksual dan kehamilan.

Perbedaan pandangan ini muncul setelah sekelompok pakar membuka-buka kembali berbagai studi tentang kondom selama ini. Ditemukan, kondom efektif mengurangi penularan HIV lewat hubungan seksual pada laki-laki maupun wanita. Juga, kondom menurunkan risiko penularan gonorea bagi pria.

Namun, pakar ini meragukan apakah kondom dapat mencegah penularan PMS lainnya, seperti klamidia, sifilis, dan human papilloma virus. Virus terakhir ini adalah penyebab kutil kelamin dan kanker serviks. Menurut mereka, belum ada data tentang kemanjuran kondom dalam menghadang PMS, selain HIV dan gonorea, sebagaimana diungkapkan dalam Journal of the American Medical Association, edisi Juli 2001 ini.

Menanggapi ini, para pakar lain tidak setuju. Mereka menegaskan bahwa ukuran HIV begitu kecil, jauh lebih kecil ketimbang bakteri dan virus penyebab PMS lainnya. Jadi, apabila kondom dapat mencegah penyebaran HIV, bagaimana mungkin alat ini tidak dapat menghentikan PMS lainnya?

Kebanyakan studi memperlihatkan bahwa kondom merupakan cara yang efektif untuk mencegah PMS. Kondom dapat mencegah penyakit yang paling berbahaya, seperti PMS, HIV, dan gonorea. Karena itu, ditegaskan bahwa kondom perlu dipromosikan penggunaannnya terus-menerus.

Read More......

Wednesday, August 23, 2006

Mitos sesatkan seks remaja

Tampaknya banyak remaja tidak begitu mengerti tentang kontrasepsi yang sesungguhnya. Mereka malah lebih percaya akan berbagai mitos dan cerita-cerita lama yang kebenarannya sangat meragukan. Misalnya, remaja ini yakin bahwa radioaktif jam tangan dapat membunuh sel sperma atau minuman berkarbonat dapat mematikan sel telur wanita.

Hal itu terungkap dari hasil sebuah survei yang dilakukan terhadap remaja di Inggris. Diduga, kurangnya pemahaman tentang kontrasepsi ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kehamilan di kalangan remaja.

Survei yang dilakukan majalah Doctor tersebut menemukan bahwa para remaja sangat percaya pada berbagai jenis mitos aneh. Bukan itu saja, mereka juga yakin dengan cerita-cerita lama.

Misalnya, sebagian remaja pria melingkarkan jam tangan pada penis sebelum melakukan hubungan seks. Soalnya, mereka percaya bahwa radioaktif pada lempeng jam tersebut dapat membunuh sperma. Sedangkan remaja wanita menyemprotkan Coca-Cola pada alat kelaminnya atau minum banyak susu agar mereka tidak hamil.

Bukan hanya itu, remaja wanita lainnya mengira tidak akan hamil apabila mereka tidur tengkurap selama dua jam. Yang lainnya batuk setelah melakukan hubungan seks. Atau sebagian lagi melakukan hubunga seks dalam air dengan mengenakan pakaian.

Menurut survei tersebut, semua mitos dan cerita lama ini diungkapkan remaja tersebut kepada sekitar 2.200 dokter umum. Juga ditemukan, sebanyak 85% di antara dokter tersebut menduga remaja tidak menggunakan alat kontrasepsi yang sebenarnya karena mereka malu meminta penjelasan tentang manfaatnya.

Namun, selain faktor rasa malu tersebut, sebanyak 70% dokter yakin bahwa masalahnya terletak pada ketidaktahuan remaja tersebut tentang kontrasepsi. Selain itu, sebanyak 70% dokter menduga bahwa remaja khawatir kerahasiaannya akan dibocorkan.

Karena itu, beberapa pakar seks sangat menganjurkan agar dokter lebih berperan dalam membantu remaja ini. Mereka perlu menjelaskan lebih banyak tentang alat kontrasepsi yang sebenarnya dan bagaimana menggunakannya.

Masalahnya, dalam masyarakat sekarang, para remaja makin dibombardir dengan dunia seks dari berbagai sumber. Selain itu, mereka juga memperoleh banyak pesan keliru lewat informasi yang diperoleh dari masyarakat.

Pakar seks juga menganjurkan agar metode pendidikan seks lebih digencarkan, terutama dari pihak orang tua. Selama ini, informasi yang diperoleh remaja tentang seks masih terlalu sedikit, terlalu terlambat, dan terlalu banyak mengandung pengetahuan yang keliru. Pakar seks ini menyarankan agar segala mitos dan cerita-cerita lama yang tidak benar dihilangkan dari metode pendidikan seks tersebut.

Read More......

Saturday, August 19, 2006

masturbasi

Masturbasi adalah rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Hal ini sekali-sekali dilakukan oleh sebagian besar pria maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95 persen pria dan 89 persen wanita dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Ini adalah perilaku seksual pertama yang dilakukan oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita daripada pria yang telah melakukan senggama bahkan sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung menyatakan ’selalu’ atau ‘biasanya’ mengalami orgasme ketika bermasturbasi (80 : 60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah senggama), bahkan bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual tetap.

Sebagian besar anak-anak - seringkali setelah masa bayi - kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang, tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai “seksual” sebelum mereka memasuki masa remaja. Selama masa remaja, persentase mereka (baik laki-laki maupun perempuan) yang melakukan masturbasi meningkat dengan pesat, terutama pada pria. Sebagian besar orang terus melakukan masturbasi ketika mereka telah dewasa, dan banyak juga yang melakukannya sepanjang hayat dikandung badan.

Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti “penyalahgunaan dengan tangan”. Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam disebabkan karena porsi “penyalahgunaan” pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan moderen - meskipun para aparatur kesehatan telah sepakat bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental. Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka.

Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak. Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini seringkali berujud kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif - sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain - adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa.

Jadi, berlawanan dengan keyakinan kuno, masturbasi tidak akan menyebabkan munculnya birahi tanpa kendali, tidak akan menyebabkan anda buta atau tuli, menyebabkan anda flu, gila, tumbuh rambut pada tangan anda, gagap, atau membunuh anda. Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri dan sikap dapat memahami diri sendiri. Pengetahuan ini selanjutnya bisa dibawa untuk memperoleh hubungan seksual yang memuaskan di masa depan, baik dengan cara masturbasi bersama-sama pasangan, atau karena bisa memberitahukan pasangannya apa-apa saja yang bisa memuaskan diri mereka. Ini adalah usul yang bagus bagi setiap pasangan untuk membicarakan perilaku masturbasi mereka dan juga untuk menenangkan pasangan jika sewaktu-waktu salah satu di antara mereka lebih memilih untuk melakukan masturbasi daripada senggama.

Dalam beberapa kejadian, masturbasi bersama-sama mungkin bisa diterima. Dilakukan sendirian ataupun dengan kehadiran pasangan, kegiatan ini bisa sangat menyenangkan dan menambah keintiman, jika ini tidak dianggap sebagai sebuah bentuk penolakan. Seperti kegiatan yang lainnya, jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik, masturbasi bisa diterjemahkan sebagai tanda amarah, keterasingan, ataupun ketidakbahagiaan terhadap hubungan yang sedang berlangsung.

Dengan mengatasi stereotip negatif masyarakat dan perasaan pribadi masing-masing individu tentang masturbasi, maka para pria dan wanita bisa dengan merdeka mengeksplorasi dan menikmati seksualitas mereka secara pribadi, dengan cara yang memuaskan. Satu peringatan: untuk tetap memperoleh seks yang aman, masturbasi dengan pasangan bisa merupakan suatu alternatif yang menyenangkan bagi senggama, sepanjang anda menghindari kontak dengan cairan semen atau cairan vagina pasangan anda, khususnya jika anda mempunyai goresan atau luka terbuka.

Read More......