Sunday, January 23, 2005

Keputihan kapan berbahaya?

Tak usah malu kalau vagina kita bau karena keputihan. Ternyata, bau itu memang alami, yang termasuk salah satu sistem kebersihan natural sendiri yang dimiliki vagina, agar dapat mencegah terjadinya infeksi. Kalau bau tersebut terlalu tajam disertai cairan lendir berwarna kuning atau hijau, baru, deh, kita boleh khawatir. Kenali dulu beberapa jenis keputihan yang biasa kita alami.

1. Normal
Warnanya bening atau putih dan baunya biasa saja. Cairan ini timbul karena proses pembersihan alami yang menjaga vulva (mulut vagina) tetap lembap dan bersih. Efeknya tergantung pada masa haid, apakah dia sedikit basah, tebal atau kenyal.

2. Kandidiasis
Warnanya putih kental seperti cottage cheese dan baunya agak keras. Akibat terkena jamur Candida Albicans, vagina menjadi sangat gatal. Untuk memastikannya, pergilah ke dokter kandungan.

3. Trichomas Vaginalis
Jika vagina terkena infeksi yang disebabkan oleh parasit yang, antara lain, ditularkan karena berhubungan seks, timbul cairan kental berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Cairan ini menyebabkan gatal di sekitar labia dan vagina seperti 'terbakar' setiap buang air kecil. Buru-buru ke dokter kandungan!

4. Gardnella
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus Vaginalis menyebabkan rasa gatal dan menganggu pada alat kelamin. Warnanya keabuan, berair serta banyak gelembung udaranya dan berbau anyir. Jika mengalaminya, segeralah ke dokter kandungan untuk mendapatkan perawatan dengan obat antibiotik.

Read More......

Thursday, January 20, 2005

Ada hubungan loh disfungsi ereksi dan etnik!

Pria etnik mana yang paling banyak mengalami disfungsi ereksi? Meskipun tidak semuanya mengalami disfungsi ereksi yang permanen, tetapi pria berkulit hitam lah yang paling banyak bermasalah dengan 'keperkasaannya'. Setelah pria kulit hitam, pria kulit putih, lalu terakhir pria Hispanik.

Ternyata disfungsi ereksi mempengaruhi kelompok etnik itu secara seimbang. Namun demikian ada berita baik dan berita buruknya dengan masalah disfungsi ereksi ini. Mau tahu berita baiknya? Begini, dalam kasus disfungsi ereksi ini nampaknya perbedaan di kalangan pria etnik tertentu dan kelompok rasial tidak terlalu besar.

Tetapi berita buruknya, menurut survei nasional yang baru diadakan ini, lebih dari 20% pria di atas 40 tahun kadang-kadang mengalami jenis disfungsi ereksi.

Para peneliti dari Universitas Carolina Utara di Chapel Hill melakukan survei ini untuk perusahaan farmasi pembuat obat disfungsi ereksi yang terkenal Viagra, yaitu Pfizer.

Mereka menemukan bahwa disfungsi ereksi biasanya terjadi secara berurutan pada pria kulit hitam, dengan 24% dilaporkan "kadang-kadang" atau "tidak pernah" dapat dan mempertahankan kepuasan ereksi. Ini berbanding dengan 22% pria berkulit putih dan pria Hispanik 20%

Penelitian ini melibatkan 676 pria Hispanik, 901 pria berkulit putih dan 596 pria berkulit hitam. Juga ditemukan bahwa disfungsi ereksi terkait dengan kondisi seperti penyakit kardiovaskuler, termasuk di dalamnya tekanan darah tinggi dan penyakit jantung ishemik, lalu penyakit diabetes.

Konsultan yang memimpin penelitian ini, Dr Culley Carson dari Universitas Carolina Utara di Chapel Hill, dan hasilnya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Urologi AS.

Read More......

Wednesday, January 19, 2005

Depresi? Lakukan seks tanpa pengaman

Sudah satu minggu Lestari uring-uringan. Entah kenapa, sejak suaminya tugas ke luar kota, ia menjadi cepat stres. Mungkinkah ia sedang menginginkan hubungan seks? Mungkin saja. Karena sebuah penelitian mengungkapkan bahwa seks tanpa pengaman adalah obat anti depresi.

Para dokter di New York mengatatakan bahwa seks adalah obat anti depresi. Para peneliti dari Universitas New York menemukan, wanita yang sering melakukan hubungan seks tanpa pelindung akan jarang mengalami depresi dibandingkan yang tidak.

Mereka mengatakan, melakukan hubungan seks menghasilkan kimiawi perubahan suasana hati (mood) yang dipindahkan oleh pria. Nampaknya semen pria mengandung hormon dan bahan kimia lainnya yang masuk ke dalam aliran darah wanita dan mungkin bertindak seperti anti depresan.

Penelitian ini terdapat dalam jurnal Archives of Sexual Behaviour, yang dimuat dalam The Independent on Sunday .

Para psikolog mengukur aktivitas seksual dan depresi dari 300 wanita. Mereka menemukan, wanita yang melakukan hubungan seks dimana prianya tidak memakai kondom menjadi tidak begitu depresi dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seks aman maupun wanita yang tidak melakukan hubungan seks samasekali.

Mereka juga menemukan, wanita yang melakukan hubungan seks yang tidak memakai pengaman menjadi lebih depresi kalau lama tidak melakukan hubungan seks.

Selain itu, hal ini ternyata terkait juga dengan usaha melakukan bunuh diri. Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa pengaman jarang (4,5%) yang berkeinginan melakukan usaha bunuh diri dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seks dengan memakai kondom (13,2%) dan mereka yang tidak melakukan hubungan seks (13,5%).

Laporan itu mengatakan, "Sebagaimana bukti lebih lanjut bahwa hubungan seksual bagi masing-masing orang memang tidak selalu menimbulkan pengaruh gejala depresi. Tetapi sangatlah penting untuk dicatat bahwa ukuran depresi wanita yang tidak melakukan hubungan seks tidak jauh beda dengan wanita yang aktif melakukan hubungan seks tetapi memakai kondom."

Penelitian ini nampaknya memang sedikit bertolak belakang dengan anjuran agar hubungan seks dilakukan dengan menggunakan pengaman, seperti kondom. Untuk itulah sekarang diperlukan kehati-hatian. Ingin terkena penyakit menular seksual atau tidak, semuanya tergantung pada Anda. Tetapi jika Anda percaya pada suami, mungkin memang pengaman tidak diperlukan.

Read More......

Saturday, January 15, 2005

Mengenal ciri-ciri sifilis

Seperti kita ketahui bersama, penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang banyak terjadi pada lelaki yang sering bergonta ganti pasangan. Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya. Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil, yang telah tertular penyakit ini, bisa menularkannya kepada janinnya.

Kalau Anda menduga bahwa Anda menderita sifilis atau kalau Anda mempunyai pasangan yang mungkin menderitanya, Anda dan pasangan perlu mengunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin. Kalau mereka mendiagnosa adanya sifilis, Anda akan diberikan antibiotik. Setiap orang yang menjadi partner seksual tanpa perlindungan juga harus segera diperiksa untuk mengetahui apakah mereka telah terinfeksi sifilis. Begitulah himbauan dokter menyangkut penyakit ini.

Namun demikian bagaimana penyakit sifilis ini sesungguhnya? Mungkin sedikit uraian berikut ini bisa membantu Anda.

Sifilis atau yang disebut dengan 'raja singa' disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

Gambaran tentang penyakit sifilis seperti yang dikemukakan tersebut mungkin masih membuat Anda penasaran, karena wanita yang tidak tahu kalau suaminya sering 'jajan' mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap penyakit sifilis.

Jadi uraian selanjutnya adalah mengenali gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.

Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.

Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.

Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.

Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.

Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.

Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre setelah tiga hari - tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja, mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.

Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati. Baik pada penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ia kandung.

Read More......