Mungkin Anda pernah mendengar ada pria yang menderita penis bengkok. Selain menimbulkan rasa percaya diri yang rendah, penis bengkok juga bisa menyebabkan sakit ketika ereksi dan sangat menghalangi pria untuk melakukan hubungan seksual. Mau tahu operasi untuk mengatasi masalah ini?
Nah, bagi mereka yang menderita kondisi ini, kemungkinan di masa mendatang ada operasi yang menjanjikan untuk atasi masalah penis bengkok ini. Penelitian awal untuk menemukan teknik ini tampaknya menjanjikan.
Dalam penis bengkok ini pada dasarnya dibagi dalam dua kondisi yang menyebabkan kebengkokan pada penis. Menurut peneliti Dr Tom F. Lue dari Universitas California di San Francisco, kondisi yang pertama disebut penis bengkok bawaan. Kondisi ini sudah dialami pria sejak lahir. Sedangkan yang kedua adalah akibat dari parut atau menebalnya serabut pada dinding penis yang disebut penyakit Peyronie.
Untuk bisa ereksi dibutuhkan peningkatan aliran darah masuk ke dalam dua ruangan yang berserabut dalam penis — jaringan sobek pada satu sisi dapat mengubah bentuk dari penis sehingga posisi penis bukannya naik tetapi malah bengkok ke bawah ketika ereksi.
Pada penelitian ini, Leu dan rekannya Dr Shahram S. Gholami meninjau kembali kasus 132 pria yang menjalani operasi yang disebut menggunakan teknik "16-dot plication". Mereka berusia 16 sampai 74 tahun, dan enam di antaranya didiagnosa menderita penis bengkok bawaan. Sedangkan sisanya mengalami penyakit Peyronie.
"Prosedur pengoperasiannya adalah untuk meluruskan penis bengkok dengan cara melipat bagian yang panjang dengan menjahitnya di bawah kulit. Atau dengan kata lain, jaringan yang berada di sisi yang lebih panjang dilipat di atasnya, seperti akordion, dan dikaitkan bersama dengan jahitan permanen," kata Leu menjelaskan.
Keberhasilan operasi ini, menurut Leu, adalah dalam hal menyatukan berbagai pasangan jahitan, yang bertindak bersama untuk mengurangi ketegangan di bagian jahitan lainnya selama ereksi dan mengurangi kemungkinan salah satu jahitannya untuk terlepas.
Leu menekankan bahwa tindakan yang paling baik adalah, "kalau perlu jangan memisahkah saraf, pembuluh darah atau uretra dari dinding penis." Tindakan seperti ini seringkali dilakukan pada operasi penis bengkok pada tipe lainnya.
"Operasi tipe ini cukup invasif dan risikonya sangat tinggi karena bisa menyebabkan mati rasa, tidak terlalu berereksi dan bisa juga impoten," kata Leu menambahkan.
Setelah operasi, 63% pasien dalam studi yang dilakukan Leu ini menunjukkan perbaikan dalam ereksi, 25% mengalami ereksi sedang dan dibantu obat anti ereksi (Viagra) dan hanya 12% yang tidak bisa ereksi.
Setelah enam bulan, 93% pasien dilaporkan telah lurus ereksinya dan 7% hampir lurus dan bisa dianggap ereksinya berhasil. Sebagai tambahan, 15% dilaporkan mengalami beberapa kali pembengkokan dan 4 % yang dilaporkan mengalami disfungsi ereksi yang memburuk.
Menurut penelitian yang termuat dalam jurnal The Journal of Urology dikatakan bahwa operasi ini paling baik dilakukan pada pria muda yang mengalami penis bengkok bawaan dan juga pria yang menderita penyakit Peyronie.
Tetapi bagi mereka yang ingin melakukan operasi ini sebaiknya pikir-pikir dulu mengingat kemungkinan bisa memendeknya penis dan mengecilnya buah pelir akibat tidak bisanya hasil jahitan itu menyatu ke kulit, kata Leu.