Saturday, March 19, 2005

Gemar pornografi=hiperseks

Pasangan Anda doyan nonton bluefilm? Jangan dulu resah! Simaklah dulu jenis film porno seperti apa yang disukainya. Jika ia memilih film porno yang ?baik? (yang menekankan keindahan seks, termasuk didalamnya perasaan cinta, bukan nafsu yang membabi buta), bersyukurlah. Tapi jika ia memilih film porno yang ?buruk? (yang menampilkan seks secara gamblang, misalnya menyorot dengan jelas masuknya penis ke vagina, dll, serta kekerasan seks yang sukar diterima akal sehat), Anda harus waspada dan menyarankannya untuk menonton yang ?lebih baik?.

Produk pornografi, baik berupa film, buku/kisah, gambar, dan lain-lain, memang sering dicap sebagai konsumsi ?orang sakit? alias orang yang hiperseks. Orang yang tidak menyukai pornografi, yang seringkali mengklaim dirinya sebagai orang normal, akan jijik melihat segala hal yang berbau pornografi. ?Bagaimana bisa kita menyaksikan orang lain bercinta, meski itu hanya di sebuah layar ? Sungguh mengerikan !?
Sebaliknya, pornografi, bagi sebagian orang, justru bermanfaat: meningkatkan gairah seks secara instan! ?Kalau bermanfaat bagi kehidupan seksual kami, mengapa tidak ?? demikian komentar beberapa pasangan yang pro-pornografi.

Pro dan kontra soal pornografi yang terus berlanjut hingga kini, menelurkan beberapa penelitian, beberapa di antaranya dapat disimak di bawah ini:

Komisi Amerika bidang seks dan pornografi: dari 2500 responden dewasa yang terpilih secara acak, ditemukan bahwa 75% di antaranya telah memakai pornografi.

Majalah Redbook: melakukan survey terhadap 100.000 pembaca. Ternyata 46%-nya sering atau kadang-kadang menggunakan pornografi.

Majalah Psychology Today: dari sekitar 20.000 pembaca yang mengisi angket diketahui bahwa 75% telah memakai bahan porno sebagai panduan seksnya.
Ketiga penelitian tersebut, dilakukan pada orang yang normal. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pornografi tidak digunakan oleh orang ?sakit? alias hiperseks. Pornografi juga digunakan oleh orang-orang normal sebagai pemantik kegiatan seks. Tak heran jika pornografi justru sering digunakan oleh pasangan-pasangan matang dengan usia perkawinan di atas 7 tahun.
Penggunaan pornografi, pada akhirnya kembali pada pribadi dan selera masing-masing. Jika tidak menyukainya, tak perlu memaksakan diri untuk turut memakainya. Tapi jangan sesekali memaksakan kehendak, pada pasangan yang berbeda selera. Jika pasangan Anda menyukainya, biarkanlah ia memakainya. Pastikan ia tidak menggunakannya secara berlebihan sehingga menyebabkan ketagihan.

No comments: