Tuesday, April 26, 2005

Yang dimaksud Frigiditas

Jangan buru-buru mengklaim diri Anda sebagai ?frigid? hanya karena gairah seks Anda lebih rendah daripada pasangan Anda. Bahayanya banyak orang yang menjadi frigid sebelum dirinya benar-benar frigid. Hal itu disebabkan karena ia berasumsi bahwa dirinya sudah frigid. Perasaan frustrasi terhadap diri sendiri (karena tak punya gairah sebesar pasangannya) akan memicu runtuhnya kepercayaan diri.
Tak semudah itu mendefinisikan frigiditas. Beberapa pakar berpendapat, frigiditas harus didiagnosa oleh seorang ahli, melalui penerapan teori-teori yang berlaku.

Definisi yang paling praktis dari frigiditas adalah suatu keadaan dimana seseorang kehilangan sama sekali gairah seksnya dan tidak berkemauan membangkitkannya lagi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perasaan kecewa yang mendalam terhadap pasangan, perlakuan kasar, picik dan tidak adil, trauma seks masa lalu, pemerkosaan, dan lain-lain. Penyebab lain yang juga berperan adalah keadaan psikologis tertentu, misalnya depresi, stress, atau adanya gangguan fungsi kelenjar gondok.

Adanya definisi yang meluas terhadap gejala terhambatnya gairah seks menyebabkan penanganan frigiditas, kini berbeda dengan dahulu. Jika dahulu yang ditangani hanya wanita saja, kini kedua belah pihak: laki-laki dan wanita.
Frigiditas dapat disembuhkan jika faktor-faktor penyebabnya telah ditemukan dan diobati. Para ahli terapi seks, menyembuhkan frigiditas dengan menyelidiki perasaan-perasaan yang secara langsung maupun tak langsung merintangi kepuasan seks seseorang. ?Kadang, ada sebuah luka di awal kehidupan mereka yang membekas sebagai penderitaan, sehingga tidak pernah dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, kekecewaan demi kekecewaan akan semakin menumpuk saja,? kata seorang pakar. Jadi, frigiditas memang perlu disembuhkan lewat terapi yang cukup panjang.

Jika faktor penyebab telah berhasil diatasi, maka lambat laun seseorang akan mulai menikmati suatu hubungan seks, hingga mencapai kepuasan. Kepuasan seks yang dicapai, secara langsung akan meningkatkan pula kebutuhannya terhadap seks.

Read More......

Thursday, April 21, 2005

Libido dan siklus menstruasi

Emosi seksual kita ditentukan oleh siklus menstruasi. Bagaimana mendeteksinya?

Hari 1 sampai 5: 'Gencatan Senjata'
Pada masa ini, wanita yang sudah menikah menghindari segala bentuk hubungan seksual. Kadar estrogen mulai berkembang dan mempunyai andil dalam improvisasi gairah kita. Ingat, karena kadar estrogen masih relatif rendah, sedikit mustahil membangkitkan libido pada masa ini.

Hari 7 sampai 10: Gairah Tinggi
Produksi sel telur pada indung telur sudah memasuki putaran berikutnya dan estrogen jadi semakin gencar 'menyerang' sistem tubuh. Inilah saatnya bercinta! Meskipun kita sedang merasa bergairah luar biasa, orgasme tidaklah begitu penting bagi kita, karena pada masa ini kita lebih tertarik pada sentuhan fisik yang lembut dan penuh kasih sayang.

Hari 14: Hati-hati!
Masa pembuahan dan produksi estrogen mencapai puncaknya. Pada masa ini, hormone testoteron punya andil besar dalam mengobarkan gairah seksual kita. Kita jadi lebih agresif, karena 'kolaborasi' antara hormon estrogen dan oksitosin mempengaruhi perkembangan sensitivitas terhadap sentuhan.

Hari 17 sampai 22: Mundur!
Pada masa ini, kadar progesteron atau si hormon penolak mulai aktif. Begitu hormon ini muncul ke permukaan, perasaan kita jadi dingin, lekas marah dan tidak ramah. Zona erotis yang sensitif pada tubuh kita menjadi 'kebal' dan untuk sementara tidak ada tempat untuk orgasme.

Hari 24 sampai 28: 'Swalayan'
Kadar estrogen dan progesteron semakin menipis, dan testoteron-lah yang mengambil alih kendali gairah kita. Tubuh kita akan memberi sinyal bahwa dia siap bercinta, meskipun otak kita menolak mentah-mentah. Bisa jadi hormon yang gonjang-ganjing pada masa ini mendorong kita untuk melakukan 'swalayan'.

Read More......

Friday, April 15, 2005

Mungkinkah sperma habis?

Sepasang pengantin baru yang baru saja pulang berbulan madu mempermasalahkan satu hal yang mereka anggap sangat krusial: jumlah sperma yang sangat sedikit. ?Sementara saya ingin sekali segera hamil. Bagaimana jika sperma suami makin lama makin sedikit? Bahkan pada suatu hari kami bersanggama, ia hanya mengeluarkan beberapa tetes saja?? begitu keluh sang istri. Kekhawatiran ini hanya diderita oleh sang istri, sementara sang suami tenang-tenang saja. Ia hanya menjawab,? Iya? itu karena sperma saya habis ditabung untuk kamu. Bagaimana tidak, kita pernah berhubungan intim sampai tiga kali dalam sehari.?

Benarkah sperma dapat habis ?
Wanita memproduksi sel telur setiap bulannya, dan hanya telur yang matang yang dapat dibuahi oleh sperma. Bagaimana halnya dengan pria? Menurut beberapa ahli, seorang pria terus memproduksi sel sperma setiap harinya. Namun jumlah sperma yang diproduksi oleh setiap pria tidak sama banyaknya.
Produksi sperma pada pria dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya:
1. Stres : Keadaan stres atau depresi akan menurunkan produksi sel sperma
2. Obat-obatan : Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi produksi sperma.
3. Usia : Produksi sperma akan menurun sejalan dengan pertambahan usia.

Karena adanya perbedaan jumlah sperma yang diproduksi oleh pria, maka beberapa pasangan acap mempermasalahkan jumlah sperma yang sedikit atau pun banyak. Tak selamanya seorang pria memproduksi sperma dengan jumlah banyak. Terlebih jika hubungan intim dilakukan sangat sering (beberapa kali dalam sehari). Pada keadaan itu, bisa juga sperma yang dikeluarkan menjadi sangat sedikit, karena sebelum produksinya mencapai jumlah seperti biasa, spermanya sudah dikeluarkan. Dengan demikian, tentu saja jumlah sperma yang dikeluarkan pada sanggama berikutnya menjadi lebih sedikit dari biasanya.
Seorang pria akan terus memproduksi sperma baru setiap harinya. Oleh karenanya, tidak ada istilah ?sperma habis?. Persediaan sperma pasti akan terus ada, meski jumlahnya tidak sama. Dalam satu tetes air mani terkandung beribu, bahkan berjuta-juta sperma. Hanya satu sel sperma saja yang dapat membuahi sel telur. Jadi, kehamilan dapat saja terjadi meski dengan hanya sperma yang ?sedikit? itu.

Read More......

Monday, April 11, 2005

Egois dalam urusan ranjang adakah?

Dalam kehidupan berumah tangga, seringkali seorang istri mengeluh karena memiliki suami yang egois. Bukan hanya dalam masalah yang umum, tetapi masalah yang sangat pribadi seperti seks pun si suami sangat egois. Tetapi apakah benar suami egois, sebab ada bahkan suami yang justru menganggap istrinya egois dalam masalah yang satu itu.

Pakar seksologi Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila menengahi masalah ini dengan menanyakan masalah ini kepada para suami. Berikut uraian masalah keegoisan seksual yang dtulis Dr. Wimpie dalam tabloid Senior.

Anda para suami, apakah Anda tergolong suami yang egois dalam urusan seks? Kalau pertanyaan ini saya ajukan, belum tentu Anda dapat menjawab dengan tepat, walaupun itu menyangkut diri Anda sendiri. Mengapa? Karena dalam urusan seksual orang boleh seringkali melakukan, tetapi belum tentu benar untuk kepentingan bersama dengan pasangannya.

Mungkin saja Anda menganggap diri Anda tidak egois, padahal menurut istri Anda sangat egois. Perbedaan seperti ini muncul, mungkin karena ketidakmengertian Anda mengenai seksualitas, khususnya seksualitas istri Anda.

Karena sikap egois suami, istri mungkin tidak cukup menerima rangsangan seksual, baik rangsangan pendahuluan maupun rangsangan yang diterima melalui hubungan seksual. Akibatnya istri merasa sakit ketika hubungan seksual berlangsung, sehingga gagal orgasme. Kalau keadaan ini berlangsung terus, akhirnya istri kehilangan dorongan seksual dan dapat mengalami vaginismus. Kalau terjadi vaginismus, maka hubungan seksual tidak dapat dilakukan.

Namun demikian tidak sedikit suami egois yang sebenarnya tidak mengerti, bahwa istrinya tidak pernah menikmati hubungan seksual. Suami tidak tahu masalah seksual yang dialami istrinya, karena mereka sendiri selalu dapat menikmatinya. Maka yang jadi soal sebenarnya bukan bagaimana istri harus memuaskan suami, melainkan bagaimana suami harus belajar dan berupaya memuaskan istri.

Kalau Anda termasuk suami egois, cobalah perhatikan beberapa saran berikut:

Istri juga makhluk seksual seperti Anda. Artinya, istri juga mempunyai dorongan seksual, dan mempunyai kebutuhan seksual yang juga memerlukan kepuasan. Jangan menganggap istri hanya obyek untuk memuaskan suami.

Banyak istri mengalami masalah seksual tetapi tidak berani mengungkapkan kepada suami. Ambillah inisiatif untuk mendapat pengakuan dari istri, apakah ia bisa menikmati hubungan seksual atau tidak. Selanjutnya Anda mempunyai kewajiban untuk memuaskannya, sebagaimana Anda selalu merasa puas setiap melakukan hubungan seksual.

Kalau Anda mengalami gangguan fungsi seksual, atau istri mengeluh tidak puas karena Anda mengalami gangguan fungsi seksual, segera atasi dengan cara yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kalau Anda melaksanakan ketiga saran di atas, yakinlah bahwa istri tidak akan kecewa, dan tidak akan menganggap Anda sebagai suami yang egois. Sebaliknya, kalau Anda tetap menjadi suami egois, bersiap-siaplah menghadapi dan merasakan akibatnya. Mungkin pada awalnya hanya istri yang mengalami akibat keegoisan Anda, tapi akibat lebih lanjut pasti Anda rasakan juga.

Istri yang kebetulan mempunyai suami egois akan lebih baik jika mengambil sikap dan tindakan seperti berikut ini:

Memberitahu suami apa yang Anda inginkan selama melakukan hubungan seksual, dan sampaikan kalau ada masalah seksual yang dialami. Ingatlah bahwa suami, seperti juga istri, tidak pasti mengerti tentang seksualitas.

Katakan terus terang kalau Anda menginginkan rangsangan pendahuluan.. Kalau ternyata suami tidak tahu melakukannya, atau kalau rangsangan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan, katakan juga terus terang.

Untuk mengatakan terus terang diperlukan komunikasi yang baik, misalnya dengan meminta suami membaca buku atau tulisan terkait, yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ajaklah suami mengikuti seminar atau ceramah yang diberikan oleh tenaga ahli.

Istri yang merasa suaminya mengalami gangguan fungsi seksual, jangan bosan menyarankan suami berkonsultasi kepada ahli, untuk mendapat pengobatan. Kalau suami tidak menanggapi, jangan menyerah. Bila perlu ajak dan temani suami mengatasi masalah seksualnya sampai normal kembali.

Ciri-ciri suami egois

Paling sedikit ada tiga kelompok suami yang tergolong egois, walaupun mungkin mereka tidak merasa demikian.

Kelompok pertama ialah suami yang tidak peduli kehidupan seksual istrinya. Mereka menganggap istri berkewajiban melayani dan memuaskan suami. Istri hanya dianggap obyek, sehingga tidak patut mengeluh apalagi menuntut. Tetapi mungkin juga kelompok suami seperti ini tidak merasa bahwa mereka egois.

Kelompok kedua ialah suami yang sebenarnya peduli dengan kehidupan seksual istrinya, tetapi karena tak mengerti mereka menganggap istrinya tak mengalami masalah seksual apa pun. Jadi mereka juga tidak merasa bahwa dirinya egois, padahal istrinya sudah sangat jengkel dan menganggap suami sangat egois.

Kelompok ketiga adalah suami yang peduli kehidupan seksual istrinya. Tetapi karena mengalami gangguan fungsi seksual, maka istri mengalami masalah. Sayangnya ketika istri mengeluh, mereka tidak berupaya mengatasi.

Termasuk jenis yang mana Anda?

Anda tergolong pada suami kelompok pertama, jika: Anda hanya memperlakukan istri sebagai obyek seksual. Anda hanya bisa menuntut agar istri dapat memberikan kepuasan seksual, tidak peduli apakah Anda dapat memberikan kepuasan seksual kepada istri. Kalau kemudian istri mengalami akibat hingga sering menolak hubungan seks, Anda menyalahkan istri dan menganggap tidak melakukan kewajibannya.

Anda tergolong suami kelompok kedua, jika: Anda memperhatikan kehidupan seksual istri. Anda tidak menganggap istri hanya sebagai pemuas suami. Anda tidak mengetahui bahwa istri sedang mengalami masalah seksual, istri juga tidak memberitahu bahwa dia mengalami masalah seksual. Anda tetap melakukan hubungan seksual seperti yang Anda kehendaki, tanpa mengetahui bahwa istri tidak dapat menikmatinya.

Anda tergolong suami kelompok ketiga, jika Anda tidak peduli pada kehidupan seksual istri. Anda menanggapi keluhan istri seakan-akan sebagai sesuatu yang tidak berarti. Anda tidak berupaya mengatasi keluhan istri, dan tetap saja melakukan hubungan seksual seperti yang Anda kehendaki.

Read More......