Masturbasi bagi Lelaki

Sebagian besar lelaki pernah melakukan atau paling tidak mencoba masturbasi. Menurut beberapa penelitian, frekuensi dan jumlah lelaki yang melakukan masturbasi memang lebih besar daripada perempuan. Sebagian ahli mengalamatkan penyebab fenomena ini pada fantasi seksual lelaki yang memang lebih intens daripada perempuan, sebagian lagi berteori penyebabnya adalah struktur tisiologis organ seks lelaki, dan sebagainya.

Pandangan Negatif Terhadap Masturbasi
Sebelumnya, kegiatan seksual ini pernah mendapat cap jelek dari para pakar seksologi, karena dipercaya memiliki dampak mempercepat waktu ejakulasi. "Itu karena biasanya lelaki bermasturbasi untuk mendapat pemenuhan hasrat seksual seketika itu juga, sementara kondisi tak memungkinkan. Misalnya, karena ketiadaan partner. Jadi, makin cepat selesai makin baik," kata Susan Crain Bakos, penulis buku Sexational Secrets.

Masturbasi juga bisa menjadi berbahaya jika digunakan sebagai pengganti kegiatan seksual sesungguhnya. "Masalah bisa terdeteksi ketika lelaki lebih memilih melakukan masturbasi ditemani majalah atau film porno daripada berhubungan intim dengan pasangannya," papar Barbara Bartlik, M D, terapis seks dan konsultan medis buku Extraordinary Togetherness: A Woman's Guide to Love, Sex, and Intimacy. Dan berdasarkan pengalaman praktek Bartlik, masalah tersebut sering muncul pada pasangan yang kehidupan seksnya hambar.

Mendayagunakan Masturbasi
Lalu, bagaimana "mendayagunakan" kegiatan seksual lelaki ini menjadi sesuatu yang berguna? Berdasarkan kesimpulan beberapa penelitian, dengan pendekatan dan cara yang tepat, masturbasi dapat dijadikan sarana mengatasi masalah ejakulasi dini dengan jitu.

Pada dasarnya, ejakulasi dini terjadi karena terlalu sensitifnya alat kelamin lelaki terhadap sentuhan. Kabar buruknya, 9 dari 10 lelaki memiliki penis yang sangat sensitif, yang menyebabkan mereka mengalami ejakulasi lebih cepat daripada yang mereka (dan pasangannya) harapkan. Kabar baiknya, sensitivitas penis dapat tersebut dapat dikurangi kadarnya dengan metode desensitisasi melalui masturbasi.

Inti dari metode ini adalah mempelajari tanda-tanda tubuh ketika saat ejakulasi akan tiba, dan kemudian menahannya. Lalu ketika sudah surut perangsangan dilanjutkan dan dihentikan lagi ketika tanda-tanda tersebut muncul lagi. Begitu terus berulang-ulang sampai saat yang diinginkan, dan ejakulasi "dibiarkan" terjadi