Seorang ibu mengaku tidak pernah melakukan hubungan seks lagi dengan suaminya sejak anaknya lahir lima belas tahun yang lalu. Suaminya kadang-kadang tertangkap mengenakan sepatu dan kaus kaki wanita sambil melakukan masturbasi. Ketika pertama kali bertemu, isterinya pun telah menemukan beberapa sepatu wanita curian di bagasi mobil suaminya. Setelah itu, dia tetap menambah koleksi sepatunya dengan membelinya dari pasar loak.
Juga, seorang ibu lain pernah menceritakan bahwa anak laki-lakinya menyimpan BH, celana dalam, kaus kaki, dan majalah wanita kakaknya di lacinya.
Kedua kasus di atas adalah contoh fetisisme transvestis.
Fetisisme transvestis ialah salah satu bentuk parafilia ketika seorang pria mengenakan pakaian lawan jenisnya, pakaian wanita. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menghasilkan dan menaikkan gairah dan kepuasan seksnya. Biasanya, pria seperti ini mencapai gairah dan kepuasan seksual tersebut tanpa kehadiran pasangan seksnya. Justru benda-benda inilah yang menjadi fokus hasrat seksualnya. Bahkan, benda tersebut kadang-kadang dianggap sebagai pasangan wanitanya.
Seseorang dapat disebut mengalami gangguan fetisisme transvestis apabila dia setidaknya selama enam bulan mempunyai fantasi yang dapat menimbulkan gairah seks, dorongan seks atau perilaku yang memperlihatkan kebiasaan mengenakan pakaian lawan jenisnya. Selain itu, fantasi, dorongan seksual atau perilaku ini harus menyebabkan masalah klinis berat atau gangguan dalam lingkungan sosial, pekerjaan atau berbagai bidang kehidupan lainnya.
Istilah transvestis diciptakan oleh Magnus Hirschfeld tahun 1910 bersumber dari bahasa Latin yang berarti ?mengenakan pakaian jenis kelamin lain.? Gangguan ini hanya ditemukan di kalangan pria heteroseksual. Transvestisisme umumnya mulai muncul dengan mengenakan pakaian wanita ketika masih kecil atau baru memasuki usia remaja. Dalam banyak kasus, mereka tidak akan mengenakan pakaian wanita di muka umum hingga masa dewasa.
Biasanya, pria penderita fetisisme transvestis mengoleksi pakaian wanita untuk dia gunakan secara berganti-ganti. Pakaian yang disukai ini dapat berubah menjadi benda erotis. Dengan demikian, ketika mengenakan pakaian wanita ini, penderita tersebut biasanya melakukan masturbasi. Saat itu dia juga membayangkan dirinya sekaligus sebagai pria dan wanita dalam fantasi seksnya. Bahkan dia dapat menggunakannya terus-menerus untuk menimbulkan gairah seksual saat masturbasi maupun hubungan seks dengan pasangan.
Pengalaman awal ialah mengenakan pakaian wanita satu atau dua potong. Mereka menyembunyikannya di balik pakaian laki-lakinya. Jenis yang paling umum ialah BH, celana dalam, kaus kaki, stoking, atau sepatu. Kebiasaan mengenakan pakaian sepotong atau lebih ini lama-kelamaan bisa berkembang menjadi pakaian wanita lengkap. Bahkan sebagian pria lainnya ingin tampil sempurna bagaikan wanita dengan mengenakan make-up. Namun demikian, ketika tidak mengenakan pakaian wanita, pria ini biasanya tampak sangat maskulin.
Dalam diri orang lain, disforia gender dapat muncul, khususnya dalam situasi yang menakutkan. Bagi sebagian kecil, disforia gender ini menjadi penyakit klinis dan disertai oleh keinginan mengenakan pakaian dan hidup permanen sebagai wanita. Soalnya, mereka sengaja mengenakan pakaian lawan jenisnya karena mereka merasa tidak nyaman dengan pakaian yang berhubungan dengan jenis seksnya sendiri. Karena itu, mereka ini akan berupaya mencari suntikan hormon.
Bahkan, penderita fetisisme transvestis seperti ini sangat ingin menjalani operasi ganti kelamin. Kelompok ini ingin menjadi orang dengan jenis kelamin yang berbeda. Kecenderungan untuk mengidentifikasi diri sebagai anggota jenis kelamin lain ini biasanya disebut transeksualisme. Jadi, seorang transeksual adalah orang yang merasakan dirinya sebagai anggota jenis kelamin lainnya dan memang ingin menjalani operasi untuk mengganti jenis kelaminnya. Namun, sebagian akan mencari terapi apabila disforia gender ini muncul.
Pria yang mengenakan pakaian perempuan ini tidak dapat disebut seorang homoseksual. Fetisisme transvestis ini hanya ditemukan dalam diri pria heteroseksual. Sedangkan seorang pria homoseksual yang juga mengenakan pakaian wanita biasanya tidak akan mengalami kegairahan seks karena tindakan tersebut. Kecenderungan dasar seksnya sebenarnya ialah heteroseksual. Namun, pria seperti ini cenderung menjalin hubungan dengan sedikit pasangan seks.
Tindakan fetisisme transvestis ini dapat mengakibatkan masalah bagi orang tersebut. Soalnya, penyimpangan ini biasanya merusak kemampuan pria tersebut untuk membangun dan mempertahankan hubungan intim dengan pasangannya. Selain itu, orang tersebut akan cenderung lebih terangsang karena mengenakan pakaian wanita ketimbang karena pasangannya sendiri.
Ada beberapa karakteristik pria yang menderita fetisisme transvestis. Mereka tidak keperempuan-perempuanan pada masa anak-anak. Bahkan pada masa kecil, sebagian besar di antaranya tidak memperlihatkan kebiasaan suka mengenakan pakaian wanita. Mereka sering mengerjakan tugas-tugas yang secara tradisional dikhususkan bagi pria. Mereka ini cenderung mengalami berbagai gangguan kepribadian. Selain itu, banyak di antaranya mengenakan pakaian dalam wanita di balik pakaian prianya.
Selain itu, menurut data yang diperoleh, sebanyak 87% mengaku dirinya sebagai heteroseksual dan 13% mengaku sebagai biseksual. Sebagian besar (67%) mengaku mulai mengenakan pakaian wanita pertama kali sebelum usia 10 tahun. Dalam dunia pendidikan pun kelompok ini tidak mengalami kesulitan dan bahkan 67% di antaranya lulus dari perguruan tinggi. Sebagian besar di antaranya menikah dan mempunyai anak (60%). Malah 76% dibesarkan oleh orang tua yang lengkap dalam rumah tangga yang normal yang menganjurkan anak-anak prianya berperilaku normal sebagai pria.
Pria semacam ini suka mengenakan pakaian wanita karena adanya berbagai fantasi. Misalnya, dia sering berfantasi sebagai wanita. Tidak jarang juga dia sering berfantasi sebagai seorang wanita lesbian yang melakukan hubungan seksual atau berfantasi sebagai wanita yang melakukan hubungan seks dengan seorang pria. Sebagian lagi malah berfantasi sebagai wanita yang sedang hamil. Bahkan, ketika sedang melakukan hubungan seks, banyak di antaranya dengan diam-diam berfantasi mengenakan pakaian wanita untuk mendapatkan rangsangan.
Beberapa diantaranya mempunyai fantasi masokistis. Fantasi jenis masokistis yang paling umum ialah paksaan mengenakan pakaian wanita atau make-up oleh seorang wanita sadis yang dominan. Fantasi masokis lainnya ialah dirinya diikat atau dipukuli oleh wanita yang dominan. Sebagian kecil di antaranya malah melakukan asfiksia autoerotis, yaitu mengurangi pasokan udara ke otak guna memperkuat pengalaman seksnya. Jenis ini dapat mengakibatkan kematian. Dan sebanyak 25% orang yang meninggal karena asfiksia autoerotis ini ditemukan mengenakan pakaian wanita.
Fenomena transvestis ini berkisar mulai dari kadang-kadang mengenakan pakaian wanita secara diam-diam atau ketika sedang sendirian. Khususnya di masyarakat kita, meskipun mungkin pernah, jarang ditemukan orang seperti ini.
Mungkin saja gejala seperti ini sebenarnya lebih banyak, namun budaya kita sangat berperan untuk menekan keinginan orang untuk tampil seperti yang mereka inginkan. Mereka merasa malu dan menyembunyikan kebiasaan tersebut. Bahkan, sebagian di antaranya mungkin berupaya menghentikannya, namun jarang berhasil.
Dalam budaya lain, penderita fetisisme transvestis ini malah membentuk organisasi (klub) sendiri. Di sini mereka secara terbuka memperlihatkan kecenderungan tersebut. Pada tingkat yang lebih luas lagi, orang seperti ini dapat ditemukan dalam subbudaya yang memang prianya mengenakan pakaian wanita. Meskipun demikian, hingga kini belum ada studi resmi yang mempelajari berapa banyak sesungguhnya orang yang menderita fetisisme transvestis ini.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang memaksa orang untuk menghentikan kebiasaan ini. Seorang penderita fetisisme transvestis mungkin akan mengubah perilaku menyimpang ini begitu pertama kali dia jatuh cinta dan menikah dengan seorang wanita. Akan tetapi, biasanya dia akan mulai lagi mengenakan pakaian wanita setelah lama berselang.
Selain itu, setelah penderita fetisisme transvestis makin berumur, biasanya dia juga tidak akan begitu terangsang lagi dengan mengenakan pakaian wanita tersebut. Namun, ada kalanya dia tetap mempertahankan kebiasaan tersebut karena tindakan itu masih memberi rasa nyaman, rileks, dan tenang. Bahkan banyak mengaku dirinya merasa tertekan dan kurang nyaman karena situasi memaksanya untuk tidak melakukannya lagi.
Sayangnya, penderita fetisisme transvestis ini tidak akan menceritakan masalah ini kepada isterinya. Studi memperlihatkan, kebanyakan di antaranya menyembunyikan kebiasaan ini dari tunangannya. Mereka berharap akan sanggup menghentikannya begitu mereka menikah. Namun, dorongan ini biasanya tetap bertahan dan isterinya akhirnya akan tahu suatu saat. Biasanya, reaksinya ialah terkejut dan bingung. Namun, banyak di antaranya lama-kelamaan akan bersikap toleran, meskipun tidak selalu mendukungnya.
Perlu diingat, banyak di antara penderita fetisisme transvestis ini juga mempunyai perilaku menyimpang lainnya. Yang paling umum ialah masokisme.
Read More......