Pap smear adalah prosedur medis sederhana untuk membedakan sel normal dari yang abnormal pada leher rahim, rahim dan vagina. Pap smear paling tepat dalam mendeteksi ketidaknormalan leher rahim yang bisa jadi merupakan tanda awal kanker leher rahim. Tes ini dinamai menurut nama Dr. George Papanicolau, yang menemukan perubahan bersifat kanker pada leher rahim dan mengembangkan tes tersebut. Selama pemeriksaan pinggul, seorang dokter memasukkan kapas penyeka, sikat leher rahim atau sudip kayu ke dalam vagina, lalu menyapukannya pada leher rahim secara perlahan untuk mengambil beberapa sel. Prosedur ini biasanya tidak menyakitkan jika dilakukan dengan benar, dan bahkan jika sedikit nyeri, rasa tidak nyaman itu biasanya tidak lama.
Sel-sel itu kemudian dipelajari dengan mikroskop untuk mencari adanya ketidaknormalan. Hasil negatif berarti bahwa tidak ada sel abnormal ditemukan dan tidak diperlukan tindakan lebih jauh sampai Pap smear berikutnya yang dilakukan dalam waktu setahun-dua tahun kemudian.
Pap smear yang positif mempunyai arti terdeteksinya sel-sel abnormal. Namun ini tidak selalu berarti wanita itu mendapat kanker leher rahim. Pertama-tama, ada cukup banyak hasil positif yang palsu dalam tes ini. Ini berarti tes tersebut mungkin membaca hasil sebagai ‘positif’, sementara sel tersebut sebenarnya normal. Sering dianjurkan bahwa saat hasil ditemukan positif, tes itu harus diulangi untuk menyingkirkan kemungkinan hasil yang palsu.
Kedua, Pap smear positif juga dapat menjadi indikasi/tanda pertumbuhan sel pra-kanker atau non-kanker. Pertumbuhan sel abnormal yang bukan sel kanker dinamakan displasia. Kebanyakan profesional kesehatan menyebut displasia rahim sebagai ‘cervical intraepithelial neoplasia’ (CIN) atau kanker serviks intraepitelial. Ada bermacam-macam derajat keparahan CIN, dari CIN I (ringan) sampai CIN III (parah). Penggolongan didasarkan pada seberapa banyak jaringan permukaan yang terpengaruh dan pada jenis serta tingkat perubahan sel yang ditemukan. Kebanyakan kasus CIN ringan, namun jika dibiarkan tidak diperiksa dan dirawat, CIN dapat semakin parah dan kemungkinan berubah menjadi kanker. Itulah sebabnya mengapa penting bagi wanita untuk menjalani pap smear tahunan. Studi telah menemukan bahwa resiko mendapat kanker leher rahim 3-10 kali lipat lebih besar pada wanita yang belum pernah diperiksa. Resiko juga meningkat saat ada tenggang waktu lama antara tes satu dengan yang lain. Selain itu, kemampuan bertahan dari kanker leher rahim tampaknya berhubungan langsung dengan stadium penyakit itu pada waktu di deteksi. Wanita yang di diagnosa dengan stadium awal kanker leher rahim setempat terbukti memiliki 88 persen peluang untuk bertahan hidup sedikitnya 5 tahun. Untuk mereka yang di diagnosa dengan stadium lebih tinggi, peluang untuk bertahan hidup hanya 13 persen.
Pertumbuhan sel abnormal apapun harus diperiksa lebih teliti untuk menentukan apakah benar-benar ada kanker. Prosedur lanjutan biasanya termasuk kolposkopi (prosedur yang memperbesar area tersebut) dan biopsi (pengangkatan) jaringan. Melalui kolposkopi, leher rahim bisa dilihat secara langsung melalui mikroskop khusus dan contoh sel abnormal bisa diambil dan dikirimkan ke laboratorium untuk diagnosis yang akurat. Pengangkatan dan analisa contoh sel disebut biopsi jaringan.
Pemeriksaan untuk ketidaknormalan leher rahim harus dimulai pada akhir masa remaja. Pap smear harus dilakukan setahun sekali sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan kandungan rutin, sesering yang disarankan dokter Anda. Beberapa studi menemukan bahwa pemeriksaan setiap 2-3 tahun sudah cukup untuk wanita yang sudah pernah mendapat beberapa pap smear negatif berturut-turut. Wanita yang sudah pernah mendapat pap smear positif di masa lalu mungkin dianjurkan untuk menjalani tes pengulangan lebih sering.
No comments:
Post a Comment