Meskipun jarang terjadi, obat-obatan tertentu bisa menjadi salah salah satu pemicu nymphomania. Contohnya pemberian hormon androgen untuk merawat penderita anemia, osteoporosis, endometriosis, dan gangguan seksual. Alkohol, amfetamin, dan kokain, yang digunakan secara terpisah atau digabungkan, juga bisa membuat gairah seksual melejit tinggi.
Saat ini, para ahli cenderung berpendapat bahwa nymphomania adalah 'produk akhir' dari sindrom psikiatris, atau merupakan akibat dari penganiayaan di masa kecil. Ada juga ahli yang menyodorkan teori bahwa nymphomania kadang-kadang merupakan usaha untuk melarikan diri dari kekosongan emosi.
Yang mereka cari, tuh, sebenarnya cinta dan komitmen, bukannya seks. Para penderitanya menganggap minat seksual sebagai perwujudan dari upaya untuk menemukan, menyelenggarakan, dan menciptakan ikatan dengan orang lain.
Apa pun penjelasannya, nymphomaniac memang sakit dan tak berdaya mengatasi ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan diri. Banyak kasus menunjukkan bahwa pria-pria yang menjalin kontak dengan penderita nymphomania merasa jijik berhubungan intim dengan wanita yang secara insting dikenalnya sedang 'sakit'.
Nggak usah terlalu panik atau cemas membaca penjelasan di atas. Anggap saja sebagai petunjuk praktis bagi Anda untuk mengenal diri sendiri. Anggap saja pengetahuan tentang nymphomania sebagai IQ. Nggak semua orang ber-IQ setinggi Albert Einstein tapi ada jutaan bahkan miliaran orang yang tetap merasa bahagia, fungsional, dan produktif sebagai manusia. Begitu pula dengan dorongan seks. Selama segalanya berjalan lancar-lancar saja, normal-normal saja, kan….
No comments:
Post a Comment